Pengunjung hanya perlu membayar Rp 15 ribu untuk bisa makan aneka ikan tawar sepuasnya plus minum di Warung Mak Ti, di Jl. Mawar Nglaos Jatinom, Kecamatan Kanigoro Blitar Jawa Timur. Maka, jangan heran bila melihat pembeli memenuhi piringnya dengan nasi super banyak. Jangan heran juga menemui pengunjung warung yang didominasi oleh kaum pria. Setidaknya itulah yang saya lihat ketika makan di sana.
Konsep warung yang self service, di mana pengunjung bisa mengambil nasi, lauk dan sayur sendiri, memang menjadi surga dunia bagi golongan yang tidak cukup makan hanya dengan satu entong nasi. Saya pecinta ikan, apalagi wader kecil yang digoreng kering. Wah, enak banget dimakan dengan nasi panas dan sambal. Bakalan lupa niat diet dan sekali lagi akan meniatkan “diet starts tomorrow”.
Saya pertama kali ke Warung Mak Ti pada 2019, dalam perjalanan dari Tulungagung ke Malang, setelah cuti lebih dari seminggu karena bapak meninggal dunia –Allahu yarhamuhu. Saya tidak sendiri, ditemani oleh teman saya, Ahida, yang sengaja datang dari Kediri untuk menemani perjalanan saya ke Malang.
Kehilangan anggota keluarga dan orang tercinta bukanlah hal mudah. Masing-masing kita memahami bahwa hidup-mati manusia ada di tangan Tuhan, dan ketika saatnya tiba, kita harus bisa mengikhlaskan. Saat makan di Warung Mak Ti, suara saya masih serak karena terus menangis sepanjang perjalanan dari Malang-Tulungagung setelah mendengar kabar bapak meninggal. Belum lagi saat di rumah dan mulai membereskan barang-barang di kamar bapak, air mata terus keluar tak terbendung. Maka perjalanan dan makan siang di Warung Mak Ti adalah memontum healing pertama semenjak hari duka itu.
Lokasi warung masuk ke pelosok, namun Google Map membantu navigasi perjalanan sehingga tidak perlu ada drama tersesat dan salah jalan. Saat itu, harga all you can eat masih Rp 10 ribu. Wajar sih harga naik. Walaupun jika dipersentasikan ada kenaikan 50 persen, namun dari segi nominal masih tergolong murah untuk dapat makan dalam porsi banyak. Dari segi rasa, menurut saya sebenarnya ya biasa saja. Enak, tapi saya pernah menemukan goreng ikan dengan rasa yang lebih enak. Tapi keunggulan di Warung Mak Ti ya karena harganya yang terjangkau.
Saat itu saya sempatkan ngobrol langsung dengan Mak Ti, menanyakan dari mana ia mendapatkan suplai ikan.
“Ikan dikirim dari Malang,” kata ibu tiga anak itu.
“WHAT?!…Lha aku orang Malang, hahaha,” aku membatin.
“Dari Malang mana Mak Ti?,” tanyaku.
“Dari Karang Kates mbak. Dikirim 5 kuintal, biasanya habis dalam dua hari”.
Mak Ti mulai membuka usaha warung itu pada 2000, dan sejak awal memang sudah membebaskan pembeli untuk mengambil nasi dan lauk sendiri. Nggak rugi tuh?. “Sama sekali nggak rugi. Malah selalu saja ada rezeki. Prinsip saya, dengan konsep ini bisa membantu dan menolong mereka yang ingin makan namun dengan uang terbatas,” ujar Mak Ti yang tetap terlihat segar dan bugar di usia kepala enam.
Oia, aneka ikan yang bisa dinikmati mulai dari wader, nila, mujair, gurame, dan aneka sayur. Saya waktu itu membeli wader untuk dibawa pulang, lumayan buat dicemil selama perjalanan, kriuk kriuk kress!.(*)