Rezeki menjadi salah satu topik diskusi kami malam itu di Melati Restaurant Hotel Tugu Malang. Saya datang telat karena masih ada hal yang harus saya kerjakan. Melati menjadi salah satu restoran favorit saya di Malang dan saya bisa merekomendasikannya kepada siapapun. Citarasa menunya tidak pernah failed di lidah.
Malam itu, di weekdays, suasana Melati resto sangat ramai, semua kursi penuh tamu mulai dari meja di dekat pintu masuk, meja di dekat swimming pool. Dari yang terisi 3 sampai 5 orang per meja, sampai dengan meja yang diatur panjang berisi lebih dari 20 orang di tengah resto. Saya masuk belok kanan menuju meja paling pojok di ruang yang saya lupa namanya. Di sanalah meja kami dipesan sebelumnya.
Teman-teman sudah memesan menu, lalu saya memilih Lava Chocolate dan bandrek, minuman panas tradisional Sunda untuk menghangatkan badan. Siang hari saja saya memilih minum panas, apalagi malam hari. “Mas, bandreknya yang pannnnnaaas banget ya!” kata saya menekankan order ke waiter yang mengangguk sambil tersenyum ramah.
Saya lalu mendengarkan obrolan yang berlangsung, semacam cross chat sih, karena tak ada tema pasti. Tapi yang jelas salah satu bahasan malam itu ya tentang rezeki. Bagaimana kita harus menjemput rezeki, mempersiapkan diri dengan baik sehingga sudah benar-benar siap ketika Allah SWT membuka pintu-pintu rezekiNya untuk kita. Ya, di umur segini, yang sudah tidak bisa dikatakan muda lagi, saya memahami betul jika rezeki itu tak bisa ditunggu untuk datang dengan tiba-tiba, apalagi tanpa perjuangan dan kerja keras.
“Tapi ketika Allah SWT sudah membuka pintu rezekiNya untuk kita, siapapun tidak bisa menghalangi. Manusia menutup pintu rezeki kita, Allah tetap akan membukakan yang lain,” kata senior saya malam itu, seorang tokoh, habib yang cukup terkenal di Indonesia dan sejak beberapa tahun terakhir sepertinya sudah hijrah dari Malang ke sebuah pulau yang cantik di Indonesia.
Saya langsung mengiyakan pernyataannya itu karena saya pernah merasakannya sendiri. Beberapa kali ada orang yang berusaha menghalang-halangi dan menutup pintu rezeki saya, tapi Allah membukakan pintu lain dengan lebih lebar. Dulu sekali, saya pernah mendapatkan undangan dari mitra -yang saya bangun hubungan itu dari nol- untuk menghadiri sebuah event di Bali. Undangan personal via phone sudah disampaikan, saya juga meminta undangan ke kantor. Nama saya sangat jelas tertulis di sana, tapi eh tapi, ternyata keputusan berkata lain. Ada teman lain yang berminat berangkat, menghadap kepada pemegang keputusan untuk meminta undangan tersebut, dan kok ya diperbolehkan. Saya protes, tapi percuma.
Gimana rasanya disabotase? sakit hati. Tapi pintu rezeki Allah itu banyak, Dia bisa membukanya dengan gampang kapan saja untuk siapa saja yang dikehendaki. Sore hari sakit hati, malamnya saya mendapat telepon dari relasi lain mengabarkan sebuah ajakan kerjasama, yang jika dinominalkan lebih besar dari apa yang saya peroleh ketika menghadiri undangan di Bali…and Allah provided for me from where I didnt expect.
Masih ada pengalaman lain. Juga bertahun lalu. Kali ini saya harus menghadiri sebuah undangan konser besar dari mitra lain, jika saya tidak lupa, acaranya juga di Bali *aduh, ada sih dengan Bali? hahahaha. Saya sudah memberikan nama, nomor KTP dan mereka pun menyiapkan tiket pesawat dan booking hotel sesuai nama saya. Namun sehari sebelum keberangkatan, ada lagi yang ingin membatalkan keberangkatan saya -kali ini datang dari golongan petinggi hehehe-, meminta orang lain yang berangkat. Mau nggak mau, ya harus merelakan kesempatan itu. Tapi Allah memang benar-benar sayang sama saya kok, menggantikan kesempatan yang hilang dengan hal lain yang lebih berharga.
Bahwa, bekerja dan berbisnis itu harus bersinggungan dengan orang lain memang tak bisa dihindari. Tugas kita tetap melakukan yang terbaik, menikmati proses dan meyakini hasil akhirnya pun akan menjadi yang terbaik. Remember this ayah, wa man yattaqillaha yaj’al lahu makhraja, wa yarzuqhu min haisu la yahtasib…
...and who ever fears Allah, He will make for him a way out, and will provide for him from (sources) he does not expect…
(Tulisan ini pernah saya posting pada 21 Agustus 2014 di blog lama saya)